Monday, December 02, 2013

Kuliner Jogja: LOTEK

LOTEK
Lotek adalah makanan berupa rebusan sayuran segar yang disiram sambal bumbu kacang. Bumbu kacang ditambah dengan gula jawa (gula merah), terasi, bawang putih dan daun jeruk. Lotek bisa disajikan dengan lontong atau nasi yang hangat, ditambah dengan kerupuk dan bawang goreng agar semakin nikmat. Di Yogyakarta, lotek mudah ditemukan dari pagi hingga sore hari. Lotek sangat enak dinikmati untuk makan siang. Di Yogyakarta sendiri Lotek yang terkenal antara lain Lotek Bu Ning Tamansiswa, Lotek Teteg Baciro, Lotek Colombo Bu Bagyo.

LOTEK BU NING

Lotek Bu Ning sudah cukup melegenda di kawasan Tamansiswa. Letak persisnya adalah di Jalan Surakarsan No. 32 Yogyakarta. Di Warung Lotek Bu Ning menyediakan Lotek dan Gado-gado dengan rasa yang sangat enak dan pastinya sangat menggugah selera. Begitu masuk ke dalamnya, kita akan disambut dengan pemandangan tiga cobek besar. Tiga cobek inilah yang menjadi 'alat tempur' Bu Ning dan karyawannya.
Lotek Bu Ning
Lotek Bu Ning

LOTEK TETEG BACIRO

Lotek Teteg Baciro juga salah satu rekomendasi yang patut dipertimbangkan. Tempatnya teduh dan nyaman di daerah pinggiran rel kereta api baciro tepatnya Argolubang 184 Gg. Delima GK. IV/ 196,Baciro, Yogyakarta. Warung lotek ini menjadi salah satu rekomendasi kuliner yang layak dicoba dikarenakan eksistensinya yang sudah berjalan selama 44 tahun.

Lotek Teteg Baciro
Lotek Teteg Baciro

Wednesday, November 06, 2013

Sunda di Yogyakarta

Resto Bumbu Desa Yogyakarta

Resto Bumbu Desa cabang Yogyakarta berdiri pada tanggal 12 November 2012 dan berlokasi di Jl. Kartini No. 8 Sagan. Penggagas sekaligus pemiliknya bernama Arief Wirawangsadita. Pusat Bumbu Desa ada di Bandung dan kini sudah mulai 'bertebaran' di Jakarta, Tangerang, Bogor, Cirebon, Sidoarjo, Yogyakarta, Bali hingga Makassar.

Resto ini sangat khas dengan ke-sunda-annya, karena memang pemiliknya tidak ingin menghilangkan budaya Sunda yang sudah sangat lekat dengannya. Hal itu tidak hanya tampak pada sajian masakannya tetapi juga suasana yang bisa ditemui di resto ini. Begitu masuk, para pengunjung akan mendengar alunan musik khas Sunda yang menghipnotis, seperti benar-benar sedang berada di daerah Sunda.


Resto Bumbu Desa Cabang Yogyakarta (Luar)

Menu Resto Bumbu Desa: Tumis Jamur Merang

Menu Resto Bumbu Desa: Tumis Jamur Payung

Menu Resto Bumbu Desa: Rujak Mangga

Menu Resto Bumbu Desa: Tahu dan Tempe





Masakan yang ditawarkan sangat 'ramah' dengan lidah, tidak hanya bagi orang-orang Sunda atau yang gemar dengan masakan Sunda tetapi juga penikmat kuliner di Yogyakarta. Terbukti dengan banyaknya pelanggan yang menyambangi resto ini, bahkan beberapa kali tampak wisatawan asing ikut menikmati sajian dari Resto Bumbu Desa.

Jadi, bagi yang ingin menikmati atmosfer Sunda silahkan datang ke Resto Bumbu Desa Yogyakarta.

Resto Bumbu Desa Cabang Yogyakarta (Dalam)

Foto by LONCATPAGAR

Sunday, September 23, 2012

Butuh cari rangkaian bunga dijogja

Cari aja di kotabaru belakang gereja, disana tempatnya tinggal pilih wae. Cap cuz
Jogja with smile

Ngopi dan menikmati waktu sore hari

Di skylounge Allseason

Jogja with smile

Soto daging pak sholeh

Emang ndak ada duanya, pool enak kabeh, tambah gorengan daging ma tempene

Jogja with smile

Makan siang murah

Nasi capcay di parkiran kridosono, enak murah n rame

Jogja with smile

Saturday, September 22, 2012

Bagi yang suka sosis

Di frankwrust kotabaru, harga terjangkau kok, silahkan coba

Jogja - sent from mobile phone

Lava cake disini uenak

Lokasi dibelakang kandang gajah alun alun kidul

Jogja

Makan kepiting di sae jogja muantap tenan

Saturday, November 25, 2006

Gudeg

Gudeg adalah Jogja, Jogja adalah gudeg. Dua kata ini nampak seperti kembar siam, sulit dipisahkan. Kalau Anda sejenak berkeliling kota Jogja, akan banyak menemui penjual masakan yang manis ini. Orang Jogja suka menyantap gudeg ini terutama di pagi dan malam hari.

Masakan gudeg ada 2 macam, yaitu gudeg basah dan gudeg kering. Gudeg basah , hanya satu kali dimasak dengan direbus hingga habis airnya, Sedangkan gudeg kering , minimal 2 kali memasak hingga benar-benar kering. Gudeg kering mempunyai daya tahan lebih lama (bisa sampai 4-5 hari) daripada gudeg basah, karena air di dalamnya benar-benar sudah habis. Gudeg biasanya disajikan dengan sayur daun singkong, ayam , telur, dan krecek pedas (dari bahan kulit sapi). Untuk gudeg basah biasanya ditambahkan dengan areh.

Bahan baku gudeg juga bervariasi. Umumnya gudeg Jogja dibuat dari bahan baku nangka muda. Bahan baku lain adalah rebung (bambu muda) dan manggar (bunga pohon kelapa). Namun jarang orang membuat gudeg dari dua bahan baku ini, karena sulit didapat. Namun ada warung gudeg yang spesialisasi menjual gudeg dari bahan manggar, yaitu GUDEG BU HENDRO. Warungnya dapat ditemukan di jalan Hayam Wuruk, daerah Lempuyangan pada malam hari.

Di pagi hari, tempat menyantap gudeg yang cukup kondang adalah di jalan Wijilan (sebelah timur Kraton), orang sering menyebutnya GUDEG WIJILAN. Di sepanjang jalan ini, setiap pagi berjejer penjual gudeg . Namun di antara banyak penjual gudeg ini, GUDEG YU DJUM yang ramai dikunjungi orang. Selain di Wijilan, Anda dapat mudah menemui penjual gudeg di sudut - sudut jalan kota Jogja.

Di utara UGM, tepatnya KAMPUNG BAREK, adalah sentra produsen gudeg. Di sini ada belasan rumah yang memproduksi gudeg dan rata-rata mempunyai tempat berjualan di seantero kota Jogja. Beberapa nama gudeg kondang berasal dari kampung ini, antara GUDEG YU DJUM, GUDEG YU GINUK, GUDEG BU AMAD, dll.

Di malam hari, penjual gudeg lebih tersebar. Beberapa daerah penjual gudeg yang terkenal adalah di Tugu - Mangkubumi, sepanjang jalan Solo, seputar jalan Brigjen Katamso. Salah satu penjual gudeg malam hari yang cukup terkenal adalah GUDEG PERMATA atau GUDEG BU PUJO. Disebut gudeg Permata, karena letak warung ini persis di sebelah bioskop Permata. Tempat lain yang cukup kondang adalah GUDEG WIROBRAJAN, GUDEG TUGU

Makan Larut Malam

Saat larut malam, Anda akan lebih mudah melihat warung angkringan hampir di setiap jalan di Jogja. Sebenarnya warung angkringan ini sudah menggelar sajiannya sejak sore hari sampai dini hari. Namun justru saat larut malam, warung ini ramai dikunjungi orang.

Disebut angkringan karena warung ini sebenarnya berupa gerobak beroda yang diberi tenda (kadang berwarna orange atau biru). Di samping kiri / kanan gerobak ini disediakan bangku panjang tempat pengunjung menyantap makanannya. Biasanya orang Jogja makan di warung ini sambil mengangkat satu kakinya di bangku, sejajar dengan pantatnya atau dalam bahasa Jawa posisi ini disebut nangkring. Maka disebutlah warung angkringan.

Ada beberapa sebutan lain untuk warung angkringan ini, seperti warung senthir, warung kucing, dll. Sebutan warung senthir, karena ciri khas warung ini adalah dengan menggunakan penerangan senthir (lampu minyak). Disebut warung kucing karena warung ini menyediakan lauk nasi yang dibungkus kecil-kecil. Orang Jogja menyebutnya sego kucing (nasi kucing), karena porsinya yang sedikit seolah-olah untuk pakan kucing. Lauk pauk yang tersedia adalah lauk yang sebenarnya antara lain gorengan (tahu, tempe, tape), sate usus, sate telur puyuh, dll.

Banyak orang dari berbagai kalangan senang nongkrong di warung angkringan ini sambil menghabiskan malam. Paling tidak ditemani wedang (minuman yang panas) teh, jahe, susu atau kopi, mereka yang duduk di angkringan ini biasanya terlibat obrolan satu dengan yang lain.

Makanan yang mudah ditemui saat larut malam, antara lain gudeg, bakmi, nasi goreng, ayam bakar/goreng. Gudeg tidak hanya enak dimakan saat pagi hari, tapi juga menarik untuk menu makan larut malam. Banyak penjual gudeg baru menggelar makanannya mulai pukul 21.00 sampai larut malam. Anda bisa menemukan mbok-mbok penjual gudeg ini di jalan Gejayan, Brigjen Katamso, jalan Solo / Urip Sumoharjo, dan Malioboro. Umumnya mereka berjualan menunggu tutupnya toko - toko.

Salah satu tempat favorit untuk mengudap gudeg adalah gudeg Tugu. Di sini ada dua penjual gudeg yang bersebelahan, namun saling melengkapi. Karena penjual yang satu menyediakan gudeg basah, sementara yang lain menjual gudeg kering. Jadi tergantung selera Anda memilih yang mana.

Bakmi, seperti diungkap di depan, mudah dijumpai sejak sore hari. Warung-warung bakmi ini buka dari sore sampai larut malam (+ 24.00). Dan biasanya selain menjual bakmi, warung-warung ini juga menyediakan nasi goreng. Kadang-kadang ada warung yang menyediakan variasi menu dari bahan bakmi dan nasi. Menu Magelangan adalah campuran dari nasi dan bakmi yang digoreng. Atau Nasi Godog, yaitu nasi dan bakmi direbus bersama dan disajikan dalam kuah yang panas.

Kawasan makan larut malam yang terkenal adalah Lesehan Malioboro. Mulai malam hari sekitar pukul 21.00 setelah toko-toko tutup, di sepanjang trotoar sisi barat maupun timur, warung-warung tenda akan mulai berjualan. Menu di sini antara lain ayam goreng, burung dara goreng, seafood, gudeg, dll. Diiringi para pengamen jalanan, menambah nikmat menyantap makanan di lesehan ini. Sebagian besar warung makan ini tutup menjelang pukul 24.00, walaupun ada beberapa yang tetap buka sampai dini hari.

Disarankan Anda sebelum memesan makanan menanyakan terlebih dulu daftar harga. Karena ada kebiasaan yang kurang baik di sebagian pedagang, yaitu mengenakan tarif harga yang sangat tinggi, terutama jika Anda terlihat berasal dari luar kota. Tapi kecenderungan ini mulai dikikis, berkat upaya pemerintah kota beserta paguyuban pedagang dengan cara memasang daftar harga di depan warung masing-masing.

Hampir mirip dengan Malioboro, di sepanjang jalan Jend. Urip Sumoharjo atau lebih dikenal dengan jalan Solo, Anda akan menemukan warung-warung lesehan.
Lesehan ini baru buka pukul 21.00 ke atas, setelah toko-toko tutup. Menu-menunya juga hampir sama dengan Lesehan Malioboro, seperti gudeg, ayam goreng, burung dara, dll.

Alun-alun Utara dan Selatan adalah tempat yang enak untuk bersantai malam hari. Di kawasan ini lebih banyak penjual makanan ringan seperti jagung bakar, roti bakar, wedang ronde, dll. Khusus di Alun-alun Selatan, Anda dapat menghibur diri dengan permainan Masangin yang banyak digemari turis asing. Permainan ini adalah berjalan dari ujung utara alun-alun dengan mata tertutup (selembar kain) ke arah tengah alun-alun yang terdapat dua pohon beringin besar. Mitosnya, jika Anda mampu melewati kedua beringin tersebut maka keinginan Anda terkabul. Kebanyakan mereka yang mencoba permainan ini tidak berhasil melewati dua pohon tersebut, bahkan tak jarang berbalik ke tempat start awal.

Makan malam

Makan malam adalah waktu yang sangat tepat untuk 'safari lidah' di kota ini. Mengapa? Hampir semua jenis masakan dijual pada malam hari. Dari menu internasional seperti steak, seafood sampai menu tradisional seperti gudeg, nasi goreng, bakmi, pecel lele, tempe penyet, dll.

Makanan yang poluler di Jogja untuk menu makan malam adalah bakmi. Anda akan mudah menemukan warung atau pedagang keliling bakmi di sudut-sudut kota. Bakmi ini biasanya terdiri dua jenis, bakmi kuning dan putih atau sering disebut bihun. Dimasak goreng atau godog, bakmi ini dicampur dengan daging ayam.

Pecel lele dan tempe penyet adalah makanan murah meriah yang digemari mahasiswa Jogja. Maka tak heran jika makanan yang berasal dari Jawa Timur ini, banyak dijual oleh warung makan tenda. Kunci kelezatan dua makanan ini adalah rahasia sambalnya. Beberapa warung pecel lele dan tempe penyet menjadi sangat laris hingga pengunjung harus berdiri antri, karena sukses meramu sambalnya.

Antara pukul 17.00 - 21.00 malam, kawasan yang ramai dengan warung makan tenda adalah seputar kampus UGM. Jumlah mahasiswa UGM yang sampai 50.000, tentu membutuhkan tempat makan yang cukup banyak. Konsentrasi warung makan tenda dimulai perempatan Mirota lalu ke arah utara sepanjang jalan Kaliurang sampai perempatan Ringroad utara. Di sini Anda akan menjumpai deretan warung makan dengan beragam masakan.

Bahkan kalau dibandingkan kawasan lain di Jogja, sepanjang jalan ini adalah tempat yang paling lengkap variasi masakannya. Masakan Eropa seperti steak, hamburger, atau yakiniku yang dari Jepang, dapat Anda jumpai di deretan warung tersebut. Pepes ikan dari Sunda, sate Padang, sop kaki kambing Jakarta, nasi uduk Jakarta, mie Aceh, pecel lele Lamongan, siomay Bandung, dan tak lupa gudeg Jogja, ada semua di sini. Ada pula warung yang mengandalkan menu - menu alternatif seperti Tongseng Bulus, Warung Serba Sambal, dll. Harga makanan di kawasan ini relatif murah, sesuai dengan kantong mahasiswa.

Kawasan lain yang ramai dengan warung makan tenda adalah jalan Gejayan dan sekitarnya. Mahasiswa tetap menjadi pasar utama, karena di kawasan ini ada tiga universitas besar yaitu Universitas Negeri Yogyakarta, Sanata Dharma dan Atmajaya. Kalau Anda melewati Gejayan sekitar pukul 19.00, jalan ini akan padat dengan motor mahasiswa yang mencari makan. Di jalan ini, Anda akan menjumpai aneka masakan Nusantara seperti juga di jalan Kaliurang. Menu-menu internasional seperti Eropa, Jepang, Cina bahkan India dapat pula ditemukan di kawasan ini. Agak berbeda dengan jalan Kaliurang yang dipenuhi dengan warung tenda, di jalan Gejayan Anda akan menjumpai banyak juga restoran yang bercita rasa tinggi.

Di luar kawasan Gejayan, Anda masih punya banyak alternatif tempat untuk makan malam yang spesial. Menu-menu Eropa, India, Jepang, Korea, Mexico, Timur Tengah, Cina, Indonesia, Nusantara, Jawa, semua tersedia di malam hari, terserah pada selera pilihan Anda.

Beberapa restoran mempunyai desain interior dan membangun suasana yang khas. Seperti Restoran GAJAH WONG dengan filosofinya 4 S (sehat di lidah, di mata, di telinga dan di perut), sangat memperhatikan bahan baku makanan agar berasal dari bahan organik. Restoran ini dibagi dalam beberapa area, yang di masing-masing area, Anda akan mendengar bunyi-bunyian yang berbeda. Di satu area akan terdengar alunan musik Jawa, di area yang lain Anda akan mendengar suara gemericik aliran sungai Gajah Wong.

Sedangkan GABAH RESTO dan OMAH DHUWUR yang mengandalkan arsitektur bangunan peninggalan kolonial Belanda, sehingga berkesan mewah dan aristokrat. Atau MIYAKO dan TENPURA HANA yang interiornya menampilkan suasana Negeri Matahari. Dan restoran PYRAMID mempunyai bangunan yang mirip dengan piramida dari Mesir.

Sementara restoran yang lain mempunyai keunggulan pemandangan yang menarik, seperti memandang lepas ke jalan Malioboro. RESTORAN BUKIT INDAH yang terletak di dataran atas - jalan menuju Wonosari - memberikan Anda pemandangan hamparan lampu kota Jogja.

Makan Siang

Pada siang hari yang panas, menyantap makanan segar seperti pecel, lotek atau gado-gado merupakan pilihan yang tepat. Ada beberapa tempat pilihan untuk mengudap sayuran segar ini.

Alternatif makan siang adalah ayam goreng dan bakar. Ayam adalah salah satu makanan favorit masyarakat Jogja, maka tak aneh jika penjual makanan inipun cukup banyak

Masakan Padang dan Cina adalah menu makan siang yang juga populer di Jogja. Beberapa restoran Padang maupun Cina selalu penuh di saat siang hari.

Di daerah pinggiran utara Jogja (arah Kaliurang), Anda akan memperoleh masakan ikan air tawar yang segar serta suasana alam yang asri. Tepatnya di daerah Pakem dan Cangkringan, ada banyak rumah makan ikan air tawar seperti gurameh, nila, mas, lele. Suasana tempat makan biasanya ditata dengan pondok - pondok bambu yang asri di atas kolam pemeliharana ikan.

Makan Pagi

Di pagi hari, menu utama yang biasa ditemui di Jogja adalah gudeg. Dengan mudah Anda akan menemukan mbok-mbok penjual gudeg di pinggir jalan saat pagi hari. Umumnya gudeg yang dijual adalah gudeg basah dengan ditemani satu gelas ten manis panas, akan memberi Anda energi untuk memulai aktivitas. Jalan Wijilan adalah satu daerah yang cukup terkenal deretan penjual gudeg saat pagi hari.

Menu lain yang enak untuk disantap pagi hari adalah soto. Entah itu soto ayam atau sapi, banyak sekali warung soto yang bertebaran di kota ini. Deretan nama-nama yang cukup dikenal adalah soto Kadipiro, soto Pak Marto, soto Pak Sholeh, soto Sawah. Selain warung soto, ada banyak penjual soto keliling menggunakan gerobag. Umumnya mereka ini melayani sarapan pagi mahasiswa yang hendak kuliah. Harga pun cukup murah, Rp 2.000,00 / mangkuk.

Kawasan yang cukup ramai saat pagi dimana banyak orang mencari sarapan adalah seputar kawasan Kranggan dan Jalan Herman Johannes. Di kawasan Kranggan ini, Anda bisa mendapatkan aneka makanan dari bubur ayam, lontong opor, gudeg, nasi kuning, asem koyor, atau masakan Indonesia lainnya. Sedangkan di jalan Herman Johannes, banyak pilihan warung soto yang ramai dipenuhi orang.

Di hari Minggu pagi, kawasan UGM dari Bunderan sampai Lembah akan dipenuhi orang Jogja yang berolahraga atau sekedar jalan-jalan cuci mata. Anda dapat menikmati suasana ini sambil sarapan, karena di kawasan ini selalu dipenuhi warung tenda yang menyediakan beragam makanan, dari bubur ayam, pecel pincuk, lontong opor, dll. Soal rasa makanan mungkin nomer dua, namun suasana kebersamaan di hari libur nampaknya menjadi nilai lebih.

Kalau Anda menginginkan panganan atau jajanan pasar di pagi hari, pasar Kranggan dan jalan Magelang adalah tempat yang tepat. Di dalam pasar Kranggan, aneka jajanan pasar dijual di tempat ini dari pagi sampai sore. Sedang di jalan Magelang, tepatnya di utara Borobudur Plaza, lebih merupakan pasar tiban di pagi hari. Hanya bertempat di trotoar, sejak subuh sampai kira-kira pukul 06.30, akan dipenuhi pedagang jajanan pasar.

Wisata Kuliner di Jogja

Saat Anda berkunjung ke Jogja, tentu mempunyai urusan yang berbeda-beda. Mungkin ada kepentingan bisnis di kota gudeg ini, atau keperluan keluarga, misalnya menengok saudara atau anak yang sedang menuntut ilmu di kota pelajar. Namun mayoritas orang yang datang ke Jogja adalah untuk berwisata, entah rombongan atau perorangan.

Apapun kepentingan dan tujuan berada di kota ini, Anda melakukan aktivitas yang sama yaitu makan. Makan adalah aktivitas rutin manusia, namun tidak banyak orang yang menyadari bahwa makan tidak semata - mata aktivitas fisiologis, tapi juga mempunyai dimensi psikologis hingga sosial.

Pada saat kita makan, alat pencernaan-lah yang bekerja sementara organ tubuh yang lain dapat beristirahat. Jika masakan enak dan didukung dengan tempat yang nyaman, maka secara psikis seseorang akan merasa nyaman dan tenang. Kalau Anda sering makan bersama dengan anggota keluarga atau teman kerja, jangan kecilkan aktivitas ini. Kedekatan, suasana akrab, situasi tegang yang menjadi cair justru dapat dari makan bersama ini.

Jogja sebagai daerah wisata, mempunyai tempat - tempat makan yang lezat dan menarik, atau sering dikenal dengan sebutan wisata kuliner. Beberapa tempat makan di kota ini sangat dikenal oleh orang luar Jogja, sehingga setiap kali mengunjungi kota ini selatu mampir. Nama - nama seperti GUDEG WIJILAN, BAKMI KADIN, AYAM GORENG SUHARTI, seolah menjadi kunjungan ritual wisatawan domestik ketika di Jogja.

Di luar tempat-tempat makan kondang itu, Anda dapat menemukan aneka ragam makanan lain di Jogja. Makanan - makanan Indonesia populer seperti sate, soto, mie ayam, pecel, gado-gado, dengan mudah Anda dapatkan di sini. Begitu juga dengan makanan internasional seperti Eropa, Jepang, Mexico, India, Mesir, semua tersedia di Jogja. Masing-masing mempunyai cita rasa sendiri yang mungkin tidak Anda temukan di daerah lain.

Di kota ini tidak hanya tersedia masakan Jogja, Indonesia atau internasional saja. Jogja sudah lama dikenal sebagai kota multikultural, termasuk makanannya. Anda di Jogja bisa mencicipi berbagai masakan Nusantara dari berbagai daerah di Indonesia, dari masakan Aceh sampai Papua.

Jika umumnya di banyak tempat di Indonesia saat makan terbagi dalam tiga waktu, yaitu sarapan, makan siang dan makan malam, maka di Jogja Anda akan mendapatkan empat kali waktu makan. Ada banyak warung atau rumah makan yang waktu bukanya pada pagi hari, siang dan malam sampai kira-kira pukul 21.00. Namun ada juga warung makan yang baru buka pukul 21.00 sampai larut malam.

Kalau Anda menyempatkan diri berkeliling kota saat larut malam, akan melihat banyak orang Jogja yang sekedar nongkrong di warung sambil menikmati makanan dan minuman. Mereka yang makan saat larut malam, bukan berarti terlambat makan malam. Seringkali mereka sudah makan malam, namun karena terbiasa tidur larut malam, maka butuh makan satu kali lagi.

'Ritual' ini tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan perut, namun kalau Anda cermati ada ruang sosial di sana. Sebagian dari mereka yang mencari makan larut malam, datang bersama teman - teman kuliah atau satu profesi. Obrolan di di warung makan topiknya bisa macam-macam , dari soal yang ringan mengenai acara sepakbola di TV sampai masalah politik pemilihan presiden.

Thursday, November 02, 2006

PUSAT PERTOKOAN

Malioboro
MALIOBORO adalah pusat pertokoan pertama dan utama di Jogja hingga saat ini. Sejak awal keberadaannya pada akhir abad 19, Malioboro tidak pernah surut perkembangannya. Seburuk-buruknya kondisi ekonomi di dalam negeri, tidak pernah membuat perdagangan di Malioboro menjadi surut. Kebangkrutan yang dialami oleh para pedagangnya lebih disebabkan oleh kekalahan dalam bersaing dengan para pendatang baru yang kreatif dan agresif.

Tahun 1992 dibuka pusat belanja MALIOBORO MALL di tengah-tengah Malioboro. Meskipun mengundang pro dan kontra pada awalnya, mall pertama di Jogja itu kini menjadi salah satu tempat belanja favorit di Malioboro. Beberapa tahun kemudian sebuah toko besar yang sudah cukup lama terkenal di Malioboro, Toko Ramai, mengembangkan diri menjadi RAMAI MALL.

Malioboro saat ini bukan lagi sekedar pusat pertokoan tetapi juga menjadi pusat kaki lima paling mahal di Jogja. Sewa kapling kaki lima yang rata-rata hanya seluas satu meter persegi sudah mencapai lebih dari 20 juta rupiah per tahun.

Soal apa saja yang diperdagangkan, sulit menyebutkan berapa ribu jenis produk dijual di Malioboro. Sama sulitnya dengan menyebutkan apa yang tidak dijual di tempat ini.

Jalan Suryotomo

Di belakang Timur Jalan Malioboro, ada Jalan Suryotomo yang saat ini menjadi pusat penjualan alat perlengkapan rumah tangga, terutama yang terbuat dari plastik. Salah satu toko yang terkenal adalah Toko Progo. Toko tersebut merupakan toko perlengkapan rumah tangga pertama di kawasan ini, yang buka sejak tahun 1950an dan tetap besar hingga sekarang.

Pusat pertokoan Jalan Suryotomo ini lebih dikenal orang Jogja sebagai SHOPPING CENTER daripada nama jalannya. Dulu di sisi selatan Pasar Beringharjo ini ada sebuah pusat perbelanjaan atau shopping center yang dilengkapi dengan gedung bioskop. Kini shopping center tersebut sudah rata dengan tanah tapi namanya masih tetap hidup

Jalan Solo

Nama resmi jalan ini sebenarnya Jalan Urip Sumoharjo. Karena pernah menjadi jalan utama menuju kota Solo, jalan ini menjadi lebih dikenal sebagai Jalan Solo. Untuk mengurangi kepadatan Malioboro, Jalan Solo dikembangkan menjadi pusat pertokoan sejak sekitar tahun 1978. Saat itu ada tiga buah gedung bioskop: Presiden, Rahayu dan Royal di sepanjang jalan ini yang membuat Jalan Solo dianggap potensial oleh Pemerintah Daerah untuk dikembangkan menjadi pusat perdagangan.

Dibandingkan dengan Malioboro, Jalan Solo jauh lebih lambat perkembangannya sebagai pusat pertokoan. Apalagi ketika kemudian tiga bioskop tersebut bangkrut pada awal tahun 1980an karena kalah bersaing dengan maraknya videofilm saat itu. Munculnya gedung bioskop baru Empire 21 dan Regent 21 pada pertengahan 1980an, sempat membuat perdagangan di Jalan Solo ramai kembali.

Ketika dua gedung bioskop itu habis terbakar pada tahun 1997, keramaian pusat pertokoan Jalan Solo berpindah ke sebuah pusat belanja baru, GALERIA MALL yang ada di ujung Jalan Jend. Sudirman, satu ruas jalan dengan Jalan Solo. Adanya Galeria Mall, pusat pertokoan Jalan Solo saat ini semakin hidup dan bahkan mulai melebar ke Jalan Prof Johannes.

Mall

Jogja memiliki tiga buah mall yang cukup lengkap dan ramai dikunjungi. dan MALIOBORO MALL, RAMAI MALL di Jalan Malioboro dan GALERIA MALL di Jalan Jend Sudirman, dekat pusat pertokoan Jalan Solo.

Dari segi jenis produk yang dijual, tiga mall ini tidak banyak beda, terutama produk fashion dan makanan, tetapi dilihat dari segmen pembelinya, entah disengaja atau tidak, saat ini ketiga mall tersebut membentuk segmen pasarnya sendiri-sendiri. Ramai Mall cenderung ke masyarakat menengah bawah, Malioboro Mall ke masyarakat menengah dan Galeria Mall ke kelompok menengah atas.

Meskipun namanya mall dan konsep awalnya adalah kenyamanan belanja, suasana belanja mall seringkali tidak beda dengan pasar, berjubel, terutama pada hari-hari libur. Lebih-lebih mall juga memberi peluang bagi kaki lima berbagai produk untuk hadir di dalamya. Ruang lapang untuk lalu-lalang pengunjung yang sering disebut atrium, lebih sering dipakai sebagai tempat pameran promosi penjualan. Pada hari-hari libur, pameran' kerajinan seringkali digelar di mall untuk menarik pembeli dari luar Jogja.

PASAR

Pasar tertua di Jogja adalah PASAR BERINGHARJO yang dibuka bersamaan dengan dibangunnya Kraton Kasultanan, pusat kerajaan cikal bakal Jogjakarta, pada sekitar tahun 1756. Nama Beringharjo digunakan untuk mengabadikan atau mengenang nama hutan tempat pusat kerajaan ini didirikan, yakni hutan Beringan.

Pasar ini sampai sekarang masih merupakan pasar terbesar di Jogja, sehingga sering juga disebut dengan PASAR GEDHE (pasar besar). Ribuan jenis barang digelar di Beringharjo. Mulai dari kain batik ratusan ribu rupiah hingga barang-barang klithikan alias barang bekas dengan harga ratusan rupiah. Sayur, buah, bahan makanan, pakaian, produk elektronik, jamu, peralatan rumah tangga, sampai cinderamata. Di belakang pasar terdapat Kampung Ketandan, pusat jual beli emas dan permata di Jogja.

Tahun 1991, pasar Beringharjo direnovasi dan diperluas. Sebagian bangunan dibuat bertingkat dengan los pasar (kios tanpa sekat) khas pasar tradisional dan sebagian lagi dibuat menjadi kios-kios toko ala pasar moderen.

Bangunan pasar bagian depan dipertahankan dalam bentuk asli seperti ketika terakhir direnovasi pada awal tahun 1900an.

Pasar ada di hampir setiap kecamatan. Pasar lain yang cukup besar adalah PASAR KRANGGAN di Jalan Diponegoro yang terkenal karena jenis buah-buahan, ikan laut dan ikan air tawar yang cukup lengkap. PASAR SENTUL di Jalan Sultan Agung menjadi pusat kulakan jagung pada siang hari hingga sore hari. Pasar di Jalan Sisingamangaraja dikenal dengan julukan PASAR TELO karena menjadi pusat kulakan telo (singkong dan ubi). PASAR TERBAN di Jalan C Simanjuntak dijuluki pasar ayam karena menjadi pusat jual beli ayam. PASAR TUNGKAK di ujung selatan Jalan Taman Siswa berkembang menjadi pasar sepeda tempat jual beli sepeda, terutama sepeda bekas. PASAR NGASEM di Kecamatan Kraton menjadi populer sebagai pasar burung karena jual beli burung berkicau dan berbagai hewan peliharaan mendominasi kegiatan pasar ini. Selain burung, peliharaan yang diperjualbelikan di sini antara lain ikan hias, ayam petarung, anjing, kucing, ular, tikus, buaya, iguana, dan sebagainya.

Pasar Klithikan
Selain pasar seperti yang umum dikenal, ada yang disebut pasar klithikan, pasar yang khusus menjual barang bekas alias pasar loak. Sebelum Pasar Beringharjo direnovasi pada tahun 1991, pusat penjualan barang-barang loak ada di pasar ini. Setelah renovasi usai, banyak penjual barang loak yang memilih keluar dari pasar karena mereka ditempatkan di lantai tiga dan harus membayar retribusi lebih mahal. Beberapa dari mereka memindahkan tempat jualan di trotoar alun-alun selatan. Sekarang trotoar di sekeliling alun-alun selatan sudah menjadi pasar klithikan. Barang dagangannya sangat beragam. Mulai dari barang elektronik, handphone, onderdil mobil, lampu antik, sepeda sampai sepatu bekas dan sepatu sortiran pabrik
Pada krisis ekonomi tahun 1997 terjadi boom perdagangan barang bekas di Jogja. Dimulai oleh beberapa penjual yang menggelar dagangannya di Jalan Asem Gede di daerah Kranggan, kini ruas-ruas jalan di sekitarnya sudah penuh oleh penjual barang bekas dan menjadi pasar klithikan. Seperti mengulang sejarah perkembangan pusat perdagangan di Jogja, dari Kranggan pasar klithikan meluas ke arah selatan dan kini memenuhi sisi sepanjang Jalan Mangkubumi.
Keberadaan pasar klithikan yang sedemikian meluas semakin memperkuat ciri "ekonomi skala kecil" pada sebagian besar masyarakat Jogja.

Jogja dan Ekonomi Jasa

Seorang pengusaha muda yang sudah melanglang kota-kota belanja dunia macam Paris, New York, Hongkong, Singapura dan tinggal di kota belanja Jakarta, masih saja selalu menyempatkan diri belanja sandal kulit. Sandal batik dan macam-macam barang murah meriah di kaki lima Malioboro setiap berkunjung ke Jogja. "Murah dan ada saja yang baru," katanya memberi alasan.

Murah, banyak ragam dan selalu ada yang baru. Itulah daya tarik yang dimiliki Jogja dimata para mania belanja. Daya tarik yang mencerminkan karakter ekonomi masyarakatnya.

Secara ekonomi, jika dilihat dari potensi sumberdaya alamnya, Jogja bukan daerah makmur, apalagi kaya.

Sektor pertanian tidak berkembang karena lahan sempit dan di beberapa daerah seperti Gunungkidul dan Kulonprogo. lahannya tidak subur. Industri manufaktur yang sering dipakai sebagai indikator kemakmuran, hanya 10% dari seluruh kegiatan ekonomi. Tetapi sektor jasa yang secara teori tumbuh sebagai penopang industri manufaktur - yakni sebagai penyedia jasa pekerja industri -, berkembang pesat dan dominan. Data statistik tahun 1999 BPS menyebutkan sektor jasa mencapai lebih dari 86% dari seluruh kegiatan ekonomi masyarakat Jogja.

Siapa konsumen yang membesarkan sektor jasa ini?

Secara historis pada akhir abad 19 di Jogja dan sekitarnya pernah berdiri 17 buah pabrik gula milik Belanda. Industri gula ini tidak berumur panjang karena hancur oleh Perang Dunia II (kecuali Madukismo yang hingga sekarang masih hidup), meninggalkan fasilitas pendukung yang berperan penting bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat Jogja di masa-masa selanjutnya sampai kini, yakni transportasi kereta api. Sarana ini mulai dioperasikan oleh perusahaan Belanda NIS Mij tahun 1872.

Karena posisi geografisnya yang berada di tengah-tengah Pulau Jawa, Jogja dipilih sebagai tempat pemberhentian dan pertemuan kereta-kereta api dari jurusan Barat (Jakarta -Bandung), dari jurusan Timur (Surabaya) dan jurusan Utara (Semarang). Adanya sarana ini meningkatkan jumlah pengunjung dan pendatang di Jogja. Hotel-hotel didirikan di sekitar Stasiun Tugu untuk melayani para pedagang dan pelancong yang ingin melihat Candi Borobudur.

Tionghoa yaitu kampung Kranggan (sekarang menjadi Pasar Kranggan di Jalan Diponegoro), meluas hingga ke kampung Tugu Kulon (kampung di sebelah Barat Jalan Mangkubumi, antara Kranggan sampai Gowongan Lor) dan bahkan kemudian ke selatan Stasiun Tugu menjadi daerah Pacinan, yang sekarang dikenal sebagai Malioboro.

Seiring dengan semakin banyaknya para pedagang dan pelancong, semakin banyak pula para pelajar pendatang yang bersekolah di Jogja. Mendekati tahun 1900, banyak sekolah guru (Kweekschool) didirikan oleh Pemerintah Belanda, disusul kemudian dengan sekolah rakyat, sekolah teknik, dan sebagainya. Tahun 1946 berdiri Universitas Gadjah Mada yang merupakan perguruan tinggi pertama di Indonesia, disusul beberapa perguruan tinggi lainnya seperti Universitas Islam Indonesia yang pindah dari Jakarta ke Jogja, Akademi Seni Rupa Indonesia dan sebagainya. Berkembanglah Jogja sebagai kota pelajar dan mahasiswa. Berbagai usaha jasa muncul untuk melayani mereka. Usaha pondokan, warung makan murah, pasar sepeda dan sebagainya pun mulai bermunculan.

Pedagang, pelancong, pelajar dan mahasiswa adalah kelompok yang berperan sangat penting dalam menentukan ciri ekonomi masyarakat Jogja di masa-masa selanjutnya hingga saat ini. Ciri-ciri itu antara lain: dominan di sektor jasa, dominan skala kecil dan eceran, tetapi memiliki rentang yang sangat lebar, mulai dari jasa untuk konsumen kelas atas sekali hingga bawah sekali. Mulai yang tradisional sekali hingga yang modern.
Apa yang ditulis dalam buku ini menunjukkan betapa hiruk pikuknya sektor jasa yang berkembang di Jogja, khususnya tempat makan dan tempat berbelanja. Mulai tempat makan angkringan di pasar, hingga restoran mewah hotel berbintang. Sejak dari rumah makan menu Jawa, Padang, hingga Eropa. Mulai penjual pakaian bekas di pasar hingga butik gemerlap penggemar pesta.

Selamat Datang di Jogja Live

Blog ini dibuat untuk bertujuan untuk mempromosikan kota jogja "yogyakarta" sebagai kota pariwisata dan pendidikan. Bekerjasama dengan BP2KY (Badan Promosi Kota Yogyakarta)untuk memperluas pengetahuan khalayak yang dapat anda jumpai dan ditemukan dikota Jogja. Smoga informasi ini membantu anda sebagai guide book datang ke jogja. "WELCOME TO UNIQUE AND LOVELY CITY"