Thursday, November 02, 2006

PASAR

Pasar tertua di Jogja adalah PASAR BERINGHARJO yang dibuka bersamaan dengan dibangunnya Kraton Kasultanan, pusat kerajaan cikal bakal Jogjakarta, pada sekitar tahun 1756. Nama Beringharjo digunakan untuk mengabadikan atau mengenang nama hutan tempat pusat kerajaan ini didirikan, yakni hutan Beringan.

Pasar ini sampai sekarang masih merupakan pasar terbesar di Jogja, sehingga sering juga disebut dengan PASAR GEDHE (pasar besar). Ribuan jenis barang digelar di Beringharjo. Mulai dari kain batik ratusan ribu rupiah hingga barang-barang klithikan alias barang bekas dengan harga ratusan rupiah. Sayur, buah, bahan makanan, pakaian, produk elektronik, jamu, peralatan rumah tangga, sampai cinderamata. Di belakang pasar terdapat Kampung Ketandan, pusat jual beli emas dan permata di Jogja.

Tahun 1991, pasar Beringharjo direnovasi dan diperluas. Sebagian bangunan dibuat bertingkat dengan los pasar (kios tanpa sekat) khas pasar tradisional dan sebagian lagi dibuat menjadi kios-kios toko ala pasar moderen.

Bangunan pasar bagian depan dipertahankan dalam bentuk asli seperti ketika terakhir direnovasi pada awal tahun 1900an.

Pasar ada di hampir setiap kecamatan. Pasar lain yang cukup besar adalah PASAR KRANGGAN di Jalan Diponegoro yang terkenal karena jenis buah-buahan, ikan laut dan ikan air tawar yang cukup lengkap. PASAR SENTUL di Jalan Sultan Agung menjadi pusat kulakan jagung pada siang hari hingga sore hari. Pasar di Jalan Sisingamangaraja dikenal dengan julukan PASAR TELO karena menjadi pusat kulakan telo (singkong dan ubi). PASAR TERBAN di Jalan C Simanjuntak dijuluki pasar ayam karena menjadi pusat jual beli ayam. PASAR TUNGKAK di ujung selatan Jalan Taman Siswa berkembang menjadi pasar sepeda tempat jual beli sepeda, terutama sepeda bekas. PASAR NGASEM di Kecamatan Kraton menjadi populer sebagai pasar burung karena jual beli burung berkicau dan berbagai hewan peliharaan mendominasi kegiatan pasar ini. Selain burung, peliharaan yang diperjualbelikan di sini antara lain ikan hias, ayam petarung, anjing, kucing, ular, tikus, buaya, iguana, dan sebagainya.

Pasar Klithikan
Selain pasar seperti yang umum dikenal, ada yang disebut pasar klithikan, pasar yang khusus menjual barang bekas alias pasar loak. Sebelum Pasar Beringharjo direnovasi pada tahun 1991, pusat penjualan barang-barang loak ada di pasar ini. Setelah renovasi usai, banyak penjual barang loak yang memilih keluar dari pasar karena mereka ditempatkan di lantai tiga dan harus membayar retribusi lebih mahal. Beberapa dari mereka memindahkan tempat jualan di trotoar alun-alun selatan. Sekarang trotoar di sekeliling alun-alun selatan sudah menjadi pasar klithikan. Barang dagangannya sangat beragam. Mulai dari barang elektronik, handphone, onderdil mobil, lampu antik, sepeda sampai sepatu bekas dan sepatu sortiran pabrik
Pada krisis ekonomi tahun 1997 terjadi boom perdagangan barang bekas di Jogja. Dimulai oleh beberapa penjual yang menggelar dagangannya di Jalan Asem Gede di daerah Kranggan, kini ruas-ruas jalan di sekitarnya sudah penuh oleh penjual barang bekas dan menjadi pasar klithikan. Seperti mengulang sejarah perkembangan pusat perdagangan di Jogja, dari Kranggan pasar klithikan meluas ke arah selatan dan kini memenuhi sisi sepanjang Jalan Mangkubumi.
Keberadaan pasar klithikan yang sedemikian meluas semakin memperkuat ciri "ekonomi skala kecil" pada sebagian besar masyarakat Jogja.

No comments: